Berikutini adalah beberapa jenis Alat Pengukur Cuaca dan penggunaannya adalah. 1. Termometer. Termometer adalah salah satu alat yang sring digunakan untuk mengetahui suhu udara dengan catatan suhu yang biasa disebut sebagai termogram. Termometer juga dapat digunakan untuk mengukur suhu udara termasuk termometer merkuri atau maksimum enam
Definisi Echosounder Adalah Suatu alat navigasi elektronik dengan menggunakan system gema yang dipasang pada dasar kapal yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan, mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan untuk mendeteksi gerombolan ikan dibagian bawah kapal secara vertical. Sejarah Penggunaan Echosounder Salah satu referensi bahwa sinyal suara sudah digunakan mulai sekitar tahun 1490 berasal dari catatan harian Leonardo da vinci yang menuliskan “Dengan menempatkan ujung pipa yang panjang didalam laut dan ujung lainnya di telinga anda, dapat mendengarkan kapal-kapal laut dari kejauhan”. Ini mengindikasikan bahwa suara dapat berpropagasi di dalam air. Ini yang disebutkan dengan Sonar pasif passive Sonar karena kita hanya mendengar suara yang ada. Pada abad ke 19, Jacques and Pierre Currie menemukan piezoelectricity, sejenis kristal yang dapat membangkitkan arus listrik jika kristal tersebut ditekan, atau jika sebaliknya jika kristal tersebut dialiri arus listrik maka kristal akan mengalami tekanan yang akan menimbulkan perubahan tekanan di permukaan kristal yang bersentuhan dengan air. Selanjutnya signal suara akan berpropagansi didalam air. Ini yang selanjutnya disebut dengan Sonar Aktif Active Sonar. Penggunaan akustik bawah air mulai berkembang pesat pada saat pecahnya Perang Dunia pertama terutama untuk pendeteksian kapal selam dengan penempatan 12 hydrophone yang setara dengan microphone untuk penggunaan didarat yang diletakan memanjang di bawah kapal laut untuk mendengarkan sinyal suara yang berasal dari kapal selam. Setelah Perang Dunia I, perkembangan penggunaan akustik bawah air berjalan dengan lambat dan hanya terkonsentrasi pada aplikasi untuk militer. Setelah pecah perang Dunia II kembali pengguanaan akustik bawah air berkembang dengan pesat. Penggunaan torpedo yang menggunakan sinyal akustik untuk mencari kapal musuh adalah penemuan yang hebat pada jaman itu. System Kerja Echosounder Dikenal terdapat satu pemancar yang membangkitkan / menimbulkan getaran-getaran listrik dalam bentuk impuls-impuls getaran-getaran ini disalurkan ke suatu alat yang ditempatkan pada dasar kapal dan yang merubah energi listrik menjadi getaran-getaran di dalam air laut. Getaran- getaran yang terakhir ini juga dikirimkan dalam bentuk impuls-impuls vertikal ke dasar laut dan dari dasar laut dipantulkan kembali. Sebagian dari energi yang dipentulkan itu ditangkap kembali sebagai gema oleh alat tersebut dan diubah menjadi impuls-impuls tegangan listrik yang lemah. Satu pesawat penguat memberikan kepada getaran-getaran gema listrik satu amplitude lebih besar, dan setelah itu getaran-getaran ini disalurkan ke satu pesawat petunjuk indikator dan membuat gambar. Pengiriman / pemancaran dan penerimaan impuls-impuls di dalam indikator, dari jarak antara kedua petunjuk tersebut dapat dijadikan ukuran bagi dalamnya air di bawah dasar laut. Frequensi dari getaran-getaran air berbeda-beda menurut pabrik yang memproduksi pesawat perum gema, dan besarnya frequensi tersebut terletak antara sampai beberapa puluhan ribu detik. Apabila getaran-getaran itu lebih besar dari disebut getaran ultra sonore atau super sonis getaran tinggi. Getaran-getaran yang lebih kecil disebut sonis atau getaran rendah, yang dapat mengirimkan gelombang- gelombang suara yang dapat di dengar. Transmitter menerima secara berulang-ulang dalam kecepatan yang tinggi, sampai pada orde kecepatan milisekon. Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah kapal menghasilkan ukuran kedalaman beresolusi tinggi sepanjang lajur yang disurvei. Informasi tambahan seperti heave gerakan naik-turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya pengaruh air laut, pitch gerakan kapal ke arah depan mengangguk berpusat di titik tengah kapal, dan roll gerakan kapal ke arah sisi-sisinya lambung kapal atau pada sumbu memanjang dari sebuah kapal dapat diukur oleh sebuah alat dengan nama Motion Reference Unit MRU, yang juga digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selama proses berlangsung. Kecepatan merambat dari getaran-getaran suara di dalam air laut terletak antara 1435 m– 1500 m per detik, dan getaran-getaran suara ini tergantung pula dari 1. Suhu 2. Kadar garam 3. Tekanan air t Waktu antara saat pengiriman impuls dan saat penerimaan gema secara sederhana dapat dikemukakan dalamnya air dengan menggunakan rumus Susunan Echosounder Rangkaian peralatan Echosounder perum gema itu terdiri dari Transmitter, adalah pesawat yang membangkitkan getaran-getaran listrik Oscillator, adalah pesawat pada dasar kapal yang merubah energi listrik menjadi energi acoustic dan sebaliknya. Amplifier,adalah pesawat pengeras / penguat Indikator, adalah pesawat untuk mengukur waktu dan penunjukan dalamnya air. Recorder, adalah pesawat yang mencatat dalamnya air yang diukur pada lajur kertas. Cara Menghidupkan Echosounder Periksa bagian-bagian utama Echosounder. Periksa kabel-kabel listrik sudah tersambung dengan baik, lalu tekan tombol saklar listrik ke posisi “ON”, selanjutnya tekan tombol “POWER DC” IC Regulatead Power Supply ke posisi “ON”. Tekan tombol “POWER” sampai terdengar bunyi “beep” sebanyak 2 kali. Echosounder siap untuk dipergunakan. Atur tingkat kecerahan tampilan monitor dengan cara menekan tombol “BRIGHT”. Putar “GAIN CONTROL”, gunakan – “LOWER” untuk dipergunakan pada perairan dangkal. – “HIGH” untuk dipergunakan di perairan dalam. Atur skala jarak kedalaman perairan, dengan menekan tombol “BASIC RANGE. Tekan tombol “PICTURE FEED” untuk mengatur kecepatan pergerakan layar monitor. Tekan tombol “STC” untuk melihat sensitivitas GEMA. Tekan tombol “MENU” untuk melihat dan mengatur hal-hal lain sesuai kebutuhan. Gbr. Transducer / Receiver. Cara Mematikan Echosounder Normalkan “VARIABLE RANGE MARKER” ke posisi nol dengan menekan tombol cara menekan tombol “VARIABLE RANGE MARKER” lanjutkan dengan menekan tombol ▲ . Tekan tombol “POWER” ke posisi “OFF”. Tekan tombol “POWER DC” Power Supply ke posisi “OFF”. Tekan tombol saklar arus listrik ke posisi “OFF”. Tombol-tombol Switch Echosounder POWER untuk mengaktifkan dan mematikan pesawat. BASIC RANGE berfungsi untuk memilih skala jarak jangkauan kedalaman perairan. RANGE PHASING berfungsi untuk mengukur kedalaman secara bertahap. EXPANTION RANGE berfungsi untuk memfokuskan tampilan baik pada dasar perairan maupun pertengahan perairan agar lebih detail. PICTURE FEED Untuk mengatur kecepatan jalannya pergerakan tampilan layar monitor. VARIABLE RANGE MARKER VRM berfungsi untuk mengukur jarak kedalaman target membaring secara pasti. POINTER berfungsi untuk mengarahkan dan memfokuskan kursor. ECHO THRESHOLD berfungsi untuk memberikan sensitivitas gema yang diinginkan sehngga akan dihasilkan pancaran gema yang tepat dan akan terlihat tampilan yang memuaskan. WHITE LINE untuk membedakan gema yang berasal dari dasar perairan dengan gema yang berasal dari ikan. SENSITIVITY TIME CONTROL STC untuk mengatur sensitivitas gema yang dihasilkan sehingga dihasilkan gema yang optimal. BRIGHT untuk memperjelas tingkat kecerahan monitor. Fungsi – Fungsi Lain Dari Echosounder Pengidentifikasian Jenis-jenis Lapisan Sedimen Dasar Laut Subbottom Profilers. Pemetaan Dasar Laut Sea bed Mapping. Pencarian kapal-kapal karam di dalam laut. Penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut. Analisa Dampak Lingkungan di Dasar laut. Koreksi Pada Sistem Echosounder Koreksi Draft. Yaitu koreksi jarak antara pernukaan transducer dengan permukaan laut. Koreksi penyimpangan kecepatan rambat getaran mekanik ultrasonic. Koreksi ini di sebabkan oleh pengaruh kadar garam, suhu, dan tekanan air laut. Koreksi Paralax Koreksi ini dapat terjadi jika Jika perum gema menggunakan 2 tranducer, 1 tranducer khusus untuk pemancaran dan 1 tranducer lagi khusus untuk itu biasany digunakan tranducer magneto strictive Penempatan tranducer terpisah, secara transversal, 1 dilambung-kiri, 1 lagi dilambung kanan. Besarnya kesalahan Paralax tergantung dari jarak penempatan keduan tranducer, makin besar jaraknya makin besar kesalahan paralax Dalamnya laut yang di ukur, makin besar kedalaman laut makin besar kesalahan paralax. Kalibrasi Echosounder Adalah cara menetukan koreksi perum gema secara experimental, dalam bata-batas kedalaman laut tertentu, dengan membandingkan hasil pengukuran dalamnya laut dengan cara pengukuran yang lebih teliti dengan dalamnya laut yang diukur dengan perumgema yang dikalibrasikan cara perhitungan tertentu,besarnya koreksi-koreksi tersebut dapat dikoreksi. Tranducer Merupakan sensor dari perum gema. Ada yang berfungsi sebagai tranducer pemancar, tranducer penerima, dan ada yang berfungsi sebagai tranducer pemancar sekaligus sebagai tranducer penerima. kegunaan tranducer pemancar adalah merubah getaran listrik ultrasonic menjadi getaran mekanik ultrasonic dan memancarkannya secara terberkas kedasar laut. Kegunaan tranducer penerima untuk merubah getaran mekanik ultrasonic echo yang di pantulkan oleh dasar laut menjadi getaran ultrasonic. Tranducer Didasarkan sifat bahan yang digunakan ada 2 macam tranducer Tranducer Magneto-striction. Bahan logam tertentu,misalnya nikel,cobalt,ferronikel atau alloy dari logam nikel lainnya, jika mendapat pengaruh medan magnet akan berkontraksi ada yang memanjang atau memendek tidak tergantung dari arah medan magnet tersebut kecuali jika logam tersebut telah termagnitkan sebelumnya. Tranducer elctro-strictive atau Piezo-electric Cara kerjanya didasarkan pada prinsip Piezo-electric yaitu bahan kristal tertentumisal kristal kwarsa bila pd permukaannya mengalami perubahan tekanan mekanic atau getaran mekanic pada permukaan tersebut timbul perubahan tegangan listrik atau getaran listrik sesuai dengan perubahan getaran mekanik yg dialaminya. System Pemancaran Getaran Mekanik Ultra-Sonic Ada dua macam sistem pemancaran getaran mekanik ultrasonic. Secara terus menerus atau “continous waves” Getaran mekanik ultra-sonic dipancarkan terus menerus oleh tranducer pemancar khusus,selanjutnya echo dari pancaran tersebut diterima secara terus menerus oleh tranducer penerima dalamnya laut dilakukan dengan mengukur perbedaan phase antara getaran yang di pancarkan dengan phase echo getaran yang ini mengunakan 2 tranducer, satu berfungsi khusus sebagai pemancar dan satulagi berfungsi khusus sebagai ini jarang digunakan pada kapal niaga umumnya, karena biaya lebih mahal,dan karena memancar terus menerus kemungkinan gangguan interfensi dan nois lebih besar. System Getaran mekanik ultra-sonic dipancarkan terus menerus oleh tranducer pemancar khusus,selanjutnya echo dari pancaran tersebut diterima secara terus menerus oleh tranducer penerima dalamnya laut dilakukan dengan mengukur perbedaan phase antara getaran yang di pancarkan dengan phase echo getaran yang ini mengunakan 2 tranducer, satu berfungsi khusus sebagai pemancar dan satulagi berfungsi khusus sebagai ini jarang digunakan pada kapal niaga umumnya, karena biaya lebih mahal,dan karena memancar terus menerus kemungkinan gangguan interfensi dan nois lebih besar. Catatan Penulis Tulisan ini dapat digunakan sebagai referensi pengetahuan tentang echosounder. Akan tetapi di atas kapal sendiri terdapat berbagai macam jenis, type ataupun merk dari echosounder sehingga kemungkinan beberapa dari tulisan ini tidak bisa diaplikasikan untuk semua jenis echosounder diatas kapal Keempatalat ukur ini menjadi sarana untuk melakukan pengkuran terhadap beberapa komponen lingkungan yang banyak digunakan oleh kehidupan kita sebagai manusia, sebut saja air, angin, udara dan juga gas tertentu. Selain keempat jenis alat ukur ini, tentu saja masih ada sekian banyak alat uji lingkungan lainnya. SpeedTech SM-5A Dephtmate Portable Sounder Depth Sounder adalah peralatan elektronik yang digunakan untuk mengukur kedalaman air di laut atau danau. Ini biasanya digunakan oleh nelayan, pemilik kapal, dan penyelam untuk membantu mereka menentukan kedalaman air dan menghindari bahaya seperti batu atau tanah dasar. Portable Depth Sounder bekerja dengan mengirimkan sinyal sonar ke bawah air dan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk sinyal itu untuk menyebar dan kembali. Informasi ini kemudian digunakan untuk menghitung kedalaman air dan menampilkannya pada layar.
Peralatandeteksi echo adalah kelas pertama dari instrumen akustik bawah air, perangkat ini telah banyak digunakan. Semua perangkat ini berbagi fitur umum: mereka menggunakan satu set mengirimkan transduser untuk memancarkan gelombang suara bawah laut, sehingga gelombang suara yang merambat sepanjang air laut sampai mereka kembali ke target dan
Fungsi Alat Multibean Echosounder MBES serta prinsip kerjanya. Dalam mendapatkan datanya, survey batimetri menggunakan metode pemeruman yaitu penggunaan gelombang akustik untuk pengukuran bawah air dengan menggunakan alat echosounder. Alat tersebut mempunyai prinsip memancarkan bunyi dan kemudian gema dari bunyi tersebut ditangkap kembali untuk mengetahui keberadaan benda-benda di bawah air. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, echosounder berkembang dari yang menggunakan singlebeam hingga sekarang menggunakan multibeam dalam akusisinya. Fungsi Alat Multibean Echosounder MBES Multibean Echosounder MBES meruapakan salah satu alat yang digunakan dalam proses pemeruman dalam suatu survei hidrografi. Pemeruman sounding sendiri adalah proses dan aktivitas yang ditujukan untuk memperoleh gambaran model bentuk permukaan topografi dasar perairan seadbed surface. Sedangkan survei hidrografi adalah proses penggambaran dasar perairan tersebut, sejak pengukuran, pengolahan, hingga visualisasinya. Multibean Echosounder MBES adalah meruapakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur banyak titik kedalaman secara bersamaan yang didapat dari suatu susunan tranduser tranducer array lekker kerk, 2006. Prinsip Kerja Multibean Echosounder MBES Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung kearah dasar laut dan setelah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut sea bad, beberapa pancaran suara beam secara elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam. Multi beam echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi 0,1 m akurasi vertikal dan krang dari 1 m akurasi horizontalnya Dikutip dari berbagai sumber
Berikutadalah peralatan untuk membuat jaringan komputer. LAN Card Kartu Jaringan adalah adalah sebuah kartu yang berfungsi sebagai jembatan dari komputer ke sebuah jaringan komputer. Cara Membuat Kabel Utp Cross Dan Straight Jagadid. Alat Apa Yang Digunakan Untuk Menguji Kabel Jaringan Adalah. Alat Ukur Kekuatan Sinyal Optik OPM AOP005 AOP006.
ArticlePDF AvailableAbstractSurvei batimetri memiliki peranan yang penting dalam rangka menyediakan informasi spasial yang diperlukan untuk berbagai keperluan, terutama berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan bidang kelautan. Salah satu peralatan yang digunakan untuk akuisisi data batimetri adalah Multibeam Echosounder. Hasil data yang didapatkan berupa data batimetri dan backscatter. Data backscatter Multibeam Echosounder dapat dimanfaatkan untuk menentukan klasifikasi sedimen dasar laut maupun untuk identifikasi objek dasar laut. Penelitian ini berlokasi di Teluk Jakarta pada area dengan koordinat 5°55’ LS s/d 5° 57’ LS dan 106°48’ BT s/d 106°51’ BT. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Multibeam Echosounder EM302 yang terpasang di KRI Rigel-933. Raw data batimetri diolah menggunakan perangkat lunak Caris Hips and Sips dengan koreksi data pasang surut dan sound velocity di area penelitian, menghasilkan base surface batimetri dan mosaic backscatter. Hasil penelitian ini mendapatkan objek di area penelitian berupa kapal karam wreck dan dua lajur pipa di dasar laut. Objek pertama berupa kapal karam wreck berada pada posisi 5°55’ LS - 106°51’ BT dan kedalaman minimum 15,6 meter. Nilai intensitas yang diperoleh yaitu -17,481 dB s/d -12,083 dB. Objek Pipa 1 berada pada posisi 5°55’ LS – 106°51’ BT sampai dengan 5°57’ LS - 106°49’ BT dengan kedalaman 26,1 meter sampai dengan 30,3 meter. Nilai intensitas objek Pipa 1 -26,38 dB sampai dengan -14,26 dB. Objek Pipa 2 pada posisi 5°56’ LS - 106°47’ BT, kedalaman antara 24,7 meter sampai dengan 26,3 meter. Nilai intensitas Pipa 2 antara -23,99 dB sampai dengan -14,99 dB. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. p-ISSN 2460 – 4623 e-ISSN 2716 – 4632 41 STUDI PEMANFAATAN DATA BACKSCATTER AKUSTIK MULTIBEAM ECHOSOUNDER UNTUK IDENTIFIKASI OBJEK DASAR LAUT STUDI KASUS PERAIRAN TELUK JAKARTA STUDY OF ACOUSTIC BACKSCATTER DATA UTILIZATION MULTIBEAM ECHOSOUNDER FOR IDENTIFICATION OF SEABED OBJECTS CASE STUDY OF JAKARTA BAY WATERS Yoga Prihantoro1, Henry M. Manik2, & Anang Prasetia Adi3 1Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut 2Institut Pertanian Bogor 3Pusat Hidro-Oseanografi Angkatan Laut Email yogaprihantoro ABSTRAK Survei batimetri memiliki peranan yang penting dalam rangka menyediakan informasi spasial yang diperlukan untuk berbagai keperluan, terutama berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan bidang kelautan. Salah satu peralatan yang digunakan untuk akuisisi data batimetri adalah Multibeam Echosounder. Hasil data yang didapatkan berupa data batimetri dan backscatter. Data backscatter Multibeam Echosounder dapat dimanfaatkan untuk menentukan klasifikasi sedimen dasar laut maupun untuk identifikasi objek dasar laut. Penelitian ini berlokasi di Teluk Jakarta pada area dengan koordinat 5°55’ LS s/d 5° 57’ LS dan 106°48’ BT s/d 106°51’ BT. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Multibeam Echosounder EM302 yang terpasang di KRI Rigel-933. Raw data batimetri diolah menggunakan perangkat lunak Caris Hips and Sips dengan koreksi data pasang surut dan sound velocity di area penelitian, menghasilkan base surface batimetri dan mosaic backscatter. Hasil penelitian ini mendapatkan objek di area penelitian berupa kapal karam wreck dan dua lajur pipa di dasar laut. Objek pertama berupa kapal karam wreck berada pada posisi 5°55’ LS - 106°51’ BT dan kedalaman minimum 15,6 meter. Nilai intensitas yang diperoleh yaitu -17,481 dB s/d -12,083 dB. Objek Pipa 1 berada pada posisi 5°55’ LS – 106°51’ BT sampai dengan 5°57’ LS - 106°49’ BT dengan kedalaman 26,1 meter sampai dengan 30,3 meter. Nilai intensitas objek Pipa 1 -26,38 dB sampai dengan -14,26 dB. Objek Pipa 2 pada posisi 5°56’ LS - 106°47’ BT, kedalaman antara 24,7 meter sampai dengan 26,3 meter. Nilai intensitas Pipa 2 antara -23,99 dB sampai dengan -14,99 dB. Kata Kunci Multibeam Echosounder, batimetri, backscatter. p-ISSN 2460 – 4623 e-ISSN 2716 – 4632 42 ABSTRACT Bathymetric surveys have an important role in providing the necessary spatial information for various purposes, especially those related to planning, implementing activities and making decisions in relation to the marine sector. One of the equipment used for bathymetric data acquisition is the Multibeam Echosounder. The results of the data obtained in the form of bathymetry and backscatter data. Backscatter Multibeam Echosounder data can be used to determine the classification of seabed sediments as well as to identify objects on the research is located in Jakarta Bay in an area with coordinates 5˚ 55' South Latitude to 5˚ 57' South Latitude and 106˚ 48' East Longitude to 106˚ 51' East Longitude. The data used in this study is secondary data from the Multibeam Echosounder EM302 installed on the KRI Rigel-933. The bathymetry raw data was processed using Caris Hips and Sips software with tidal and sound velocity data corrections in the research area, producing a bathymetric base surface and mosaic results of this study found objects in the research area in the form of a shipwreck wreck and two pipelines on the seabed. The first object is a shipwreck wreck at a position of 5°55' South Latitude - 106°51' East Longitude and a minimum depth of meters. The intensity value obtained is dB to dB. Pipe object 1 is located at a position of 5°55' S – 106°51' E to 5°57' S - 106°49' E with a depth of meters to meters. Pipe object intensity values 1 dB to dB. Pipe object 2 at position 5°56' S - 106°47' E, depth between meters to meters. The intensity value of Pipe 2 is between dB to dB. Keywords Multibeam Echosounder, bathymetry, backscatter. PENDAHULUAN Latar Belakang Survei batimetri merupakan salah satu bagian dari survei hidrografi. Secara umum, kegiatan yang dilaksanakan dalam survei batimetri adalah pengukuran kedalaman laut. Survei batimetri memiliki peranan yang penting dalam rangka menyediakan informasi spasial yang diperlukan untuk berbagai keperluan, terutama berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan bidang kelautan. Untuk mendapatkan data batimetri dapat digunakan peralatan yang bekerja berdasarkan teknologi hidroakustik. Teknologi hidroakustik merupakan suatu teknologi yang telah banyak dimanfaatkan untuk pendeteksian bawah air menggunakan perangkat akustik acoustic instrument. Salah satu peralatan yang menggunakan prinsip hidroakustik adalah echosounder. Peralatan tersebut mempunyai prinsip kerja memancarkan gelombang suara dan selanjutnya gema dari gelombang suara tersebut ditangkap kembali sehingga dapat diketahui kedudukan benda-benda di bawah air. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, p-ISSN 2460 – 4623 e-ISSN 2716 – 4632 43 echosounder berkembang dari yang pada awalnya menggunakan singlebeam echosounder SBES hingga saat ini menggunakan multibeam echosounder MBES. Multibeam echosounder MBES merupakan peralatan akustik yang banyak digunakan dalam pemetaan dasar perairan, terutama karena teknologi ini memiliki kemampuan yang lebih baik, terutama cakupannya yang luas dan resolusi yang tinggi untuk akuisisi data batimetri Anderson et al., 2008. Multibeam echosounder merupakan alat yang sangat cocok untuk memetakan dasar perairan karena memiliki coverage area yang luas resolusi hasil data yang tinggi dan memiliki rentang kedalaman yang lebar Hasan et al., 2014. Multibeam echosounder menghasilkan dua tipe dataset yaitu data batimetri dan hambur balik backscatter yang sangat berguna untuk memetakan dasar perairan Adi et al., 2016. Perairan Teluk Jakarta merupakan bagian dari Laut Jawa yang terletak di sebelah utara Provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Di teluk ini terdapat pulau-pulau kecil berjenis pulau karang yang bernama Kepulauan Seribu. Perairan Teluk Jakarta memiliki peran yang penting dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah melalui pengembangan industri kelautan seperti jasa perhubungan laut, transhipment, penambangan minyak dan pariwisata. Di teluk ini terdapat Pelabuhan Tanjung Priok, pelabuhan terbesar di Indonesia yang juga menjadi pusat kegiatan ekspor impor. Peranan penting dari Pelabuhan Tanjung Priok tersebut menuntut standar yang tinggi dalam hal keamanan dan keselamatan navigasi dan pelayaran. Dalam rangka meningkatkan keamanan dan keselamatan navigasi dan pelayaran, diperlukan survei investigasi untuk pemutakhiran peta laut di perairan Teluk Jakarta, karena di dasar perairan Teluk Jakarta tersebut terdapat berbagai macam objek seperti instalasi pipa dan kabel bawah laut, bangkai kapal wreck dan lain sebagainya. Saat ini MBES memilki fitur yang dapat memproses data batimetri untuk mengidentifikasi jenis sedimen di dasar laut dengan memanfaatkan sinyal hambur balik backscatter. Dari hasil pendeteksian tersebut akan diperoleh tingkatan nilai intensitas akustik pada suatu objek yang terkandung di dasar laut. Pada penelitian ini akan dilaksanakan identifikasi objek bawah laut dan sedimen di sekitarnya menggunakan raw data batimetri di Teluk Jakarta berdasarkan nilai intensitas akustik objek tersebut. Penelitian ini penting untuk dilaksanakan guna memberikan tambahan informasi mengenai adanya objek bawah laut yang perlu diwaspadai untuk menjamin keselamatan pelayaran terutama kapal-kapal yang berlayar di Teluk Jakarta menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain a. Bagaimana pengolahan data batimetri dan data backscatter Multibeam Echosounder? b. Bagaimana mengidentifikasi objek dasar laut dengan memanfaatkan nilai p-ISSN 2460 – 4623 e-ISSN 2716 – 4632 44 intensitas akustik dan jenis sedimen dasar laut di sekitarnya? Tujuan Penelitan Adapun tujuan dari penelitian dalam penulisan ini adalah a. Mengetahui pengolahan data batimetri dan backscatter Multibeam Echosounder. b. Mengetahui identifikasi objek dasar laut dengan memanfaatkan nilai intensitas akustik dan jenis sedimen dasar laut di sekitarnya. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan nilai backscatter dari hasil pengolahan MBES untuk membantu mengidentifikasi objekobjek bawah laut yang berada di permukaan dasar laut serta membantu proses perencanaan kegiatan survei identifikasi objek bawah laut sesuai dengan kondisi teknis di lapangan sehingga pengambilan keputusan dapat dilaksanakan lebih optimal. Pembatasan masalah Pembatasan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut a. Pengolahan data dan studi identifikasi objek bawah laut menggunakan perangkat lunak Caris Hips and Sips untuk mengukur kedalaman dan menginterpretasikan bentuk dasar laut. b. Proses identifikasi sedimen dasar laut menggunakan metode Angular Response Analysis ARA dan Sediment Analysis SAT pada perangkat lunak Caris Hips and Sips c. Data batimetri yang digunakan adalah data dari Latsurta KRI Rigel-933 Satsurvei Pushidrosal di perairan Teluk Jakarta pada November 2020. LANDASAN TEORI Teori Akustik Bawah Air Akustik adalah ilmu yang membahas tentang gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium Lubis, 2016. Dalam pengertian yang lain menurut Kencanawati 2017, akustik diartikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari tentang suara dan bunyi yang ditimbulkan dari benda yang bergetar. Teknologi akustik banyak dimanfaatkan dalam bidang kelautan, salah satunya adalah untuk mendeteksi objek di kolom air serta di dasar perairan. Cepat rambat gelombang suara dalam suatu media air memiliki nilai yang tidak selalu konstan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu temperatur, tekanan, dan salinitas. Ketiga faktor menyebabkan lintasan kecepatan suara ke dasar laut tidak bergerak secara tegak lurus. Teknologi akustik bawah air dapat melakukan pengukuran terhadap kuat lemahnya pantulan dasar perairan dari berbagai macam jenis partikel. Impedansi akustik dan koofisien refleksi inilah yang digunakan untuk menentukan seberapa besar kuat/nilai dari pantulan suatu objek Indramawan et al., 2017. Survei Batimetri Survei adalah kegiatan terpenting dalam menghasilkan informasi atau data. Survei hidrografi didefinisikan sebagai kegiatan pengukuran untuk memperoleh p-ISSN 2460 – 4623 e-ISSN 2716 – 4632 45 gambar permukaan dasar laut. Batimetri merupakan metode atau teknik untuk menentukan kedalaman laut atau profil dasar laut yang didapatkan dari hasil analisis data kedalaman International Hydrographic Organization IHO S-44, 2008. Survei batimetri dilaksanakan untuk mendapatkan data kedalaman dan konfigurasi atau topografi dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang mungkin membahayakan. Survei batimetri merupakan suatu aktivitas dan proses dalam menentukan posisi titik-titik di dasar permukaan air laut dengan sistem koordinat tertentu, sehingga dari data hasil survei didapatkan suatu model bentuk topografi dasar laut yang divisualisasikan dalam bentuk peta. Visualisasi hasil survei batimetri dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Visualisasi Data Batimetri Sumber Yantarto, 2006 Multibeam Echosounder Multibeam Echosounder MBES adalah salah satu alat yang digunakan untuk survei batimetri dalam cakupan survei hidrografi. MBES digunakan untuk mengukur banyak titik kedalaman secara bersamaan yang didapat dari suatu susunan tranduser tranducer array Lekkerkerk, 2006. MBES menggunakan pancaran gelombang suara yang berasal dari transduser yang memiliki kemiringan berbeda-beda tiap beam, sehingga MBES dapat mengukur kedalaman bukan dibawah lunas kapal melainkan juga sisi samping luar dari kapal. Prinsip dasar Multibeam Echosounder untuk memperoleh nilai kedalaman adalah transmiter pada transduser memancarkan gelombang akustik secara vertikal menuju dasar perairan dengan frekuensi tertentu, kemudian gelombang akustik tersebut dipantulkan kembali oleh dasar perairan dan diterima oleh receiver. Data yang dihasilkan dari proses tersebut adalah selang waktu dari gelombang dipancarkan hingga gelombang diterima kembali, dengan data tersebut kedalaman dasar perairan dapat diperoleh Poerbandono & Djunarsjah, 2005. Lebar sapuan multibeam echosounder ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Sapuan Multibeam Echosunder Sumber SHOM, 2014 Menurut Sasmita 2008, pada prinsipnya MBES menggunakan p-ISSN 2460 – 4623 e-ISSN 2716 – 4632 46 pengukuran selisih fase pulsa untuk teknik pengukuran yang digunakan. Selisih fase ini merupakan fungsi dari selisih pulsa waktu pancaran dan penerimaan pulsa akustik serta sudut datang dari tiap-tiap tranduser. Prinsip kerja MBES menggunakan selisih fase pulsa ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Geometri Waktu Tranduser Sumber Djunarsjah, 2005 Hamburan scatter merupakan suatu pemantulan pada bidang licin specular di suatu perbatasan medium yang halus antara dua medium, dimana dimensi dari perbatasan lebih besar daripada panjang gelombang dari energi akustik yang datang. Hamburan akustik berasal dari objek medium yang ukuran panjang gelombangnya lebih kecil sehingga menyebabkan gelombang menyebar ke banyak arah. Pemantul kasar nonspecular memantulkan suara pada semua arah sehingga amplitudo dari echo yang dikembalikan lebih lemah dari pada echo di permukaan jaringan. Pada umumnya, amplitudo sinyal echo dari suatu medium tergantung kepada jumlah hamburan per unit volume, impedansi akustik material, ukuran penghambur, dan frekuensi gelombang akustik Prayoga et al., 2016. Gambar 4. Ilustrasi Proses Penerimaan Sinyal Backscatter Pada MBES Penrose et al., 2005 Gelombang akustik yang tersebar kembali ke penerima sebagai intensitas sinyal Trismadi, 2017. Gema backscatter tidak hanya berasal dari refleksi dasar laut, tetapi juga dari hal-hal lain selain dari target asli seperti gelembung, ikan, dan partikel tersuspensi Lurton, 2010. Selain dari intensitas sinyal serta panjang gelombang yang dipancarkan, kekuatan backscatter juga dipengaruhi oleh bentuk kemiringan dasar laut, kekasaran dasar laut dan kondisi dasar laut yang mempengaruhi proses scattering dan refleksi dari gelombang akustik Trismadi, 2017. Deteksi echo level dapat digambarkan pada Gambar 5. p-ISSN 2460 – 4623 e-ISSN 2716 – 4632 47 Gambar 5. Deteksi Echo Level Pada MBES Dalam Pendeteksian Dasar Laut Sumber Prayoga et al., 2016 Geocoder merupakan suatu algoritma yang digunakan untuk pengolahan data backscatter akustik, diciptakan oleh Dr. Luciano Fonseca dan dilisensi oleh CARIS melalui Universitas New Hampshire. Implementasi geocoder digunakan untuk memproses dan menganalisa data hambur balik, proses geobars, pembuatan mosaik dan mengestimasi ukuran butiran tipe sedimen berdasarkan respon sudut pancaran Dufek, 2012. Pengolahan data hambur balik menggunakan geocoder merupakan tahapan lanjutan setelah pengolahan data batimetri menggunakan metode CUBE Surface, sehingga bisa dipastikan bahwa data yang digunakan sudah terkoreksi dengan baik MacDonald et al., 2008. Pengolahan ini difokuskan pada tiga hal utama yaitu proses geobars, pembuatan mosaik hambur balik dan analisa tipe sedimen Adi, 2016. Kekuatan hambur balik backscatter strength, respon sudut pancaran angle of incidence dan sifat dasar laut roughness memiliki hubungan yang saling terkait, untuk jenis dasar laut yang sangat keras high roughness memiliki nilai intensitas yang tinggi sedangkan jenis dasar laut yang lunak low roughness memiliki nilai intensitas yang rendah, hal ini digambarkan dalam kurva model dibawah ini. Grafik hubungan antara kekuatan hambur balik, respon sudut pancaran dan kekasaran jenis dasar laut ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6. Grafik Hubungan Antara Kekuatan Hambur Balik, Respon Sudut Pancaran Dan Kekasaran Jenis Dasar Laut Sumber Masetti et al., 2011. Metode akustik untuk klasifikasi dasar perairan menggunakan sinyal hambur balik acoustic backscatter untuk memperkirakan kekerasan dari dasar laut, dan pengukuruan terhadap waktu lamanya echo kembali untuk memperkirakan kekasaran dasar laut. Jenis echosounder yang digunakan memiliki beamwidth 12-75° agar mendapatkan informasi mengenai kekerasan dan kekasaran Siwabessy, 2005. Kekasaran permukaan dasar laut merupakan variabel penting dalam kaitannya dengan intensitas backscatter p-ISSN 2460 – 4623 e-ISSN 2716 – 4632 48 akustik dengan frekuensi tinggi. Pengaruh dari kekasaran pada intensitas backscatter bervariasi tergantung tipe, magnitudo, dan orientasi dari kekasaran dasar perairan Flood & Ferrini, 2005. Pantulan sinyal akustik di permukaan dasar laut terhadap dasar perairan yang heterogen dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Pantulan Sinyal Akustik terhadap Dasar Perairan yang Heterogen. Sumber Flood & Ferrini, 2005 Sedimen Sedimen adalah pecahan batuan dari berbagai proses pelapukan fisik, kimia, biologi. Batuan dapat disebabkan karena adanya proses vulkanik letusan, sedimentasi, metamorf, atau biogenik karang. Ukuran sedimen adalah umumnya diwakili oleh diameternya d, dengan asumsi bahwa butiran sedimen adalah ideal bola. Menurut ukuran mereka, sedimen berada diklasifikasikan menjadi lumpur d ≤ 62,5 mm, pasir 62,5 mm 2 mm Poerbandono, 2015. Sedimen didefinisikan secara luas sebagai material yang diendapkan di dasar suatu cairan air dan udara, atau secara sempit sebagai material yang diendapkan oleh air, angin, atau gletser/es. Jenis sedimen memiliki kekuatan hamburan yang berbeda karena variasi ukuran butir dan kekasaran permukaan. Akibatnya, data backscatter dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menginterpretasikan struktur sedimen dan dasar laut Trismadi, 2017. Dalam menentukan klasifikasi jenis dasar laut oleh MBES sangat bergantung pada intensitas nilai backscatter. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain a. Jarak Target b. Source Power dan arah beam c. Area pendeteksian Slope, kemiringan objek, refraksi METODE PENELITIAN Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah raw data hasil survei dari KRI Rigel-933 Satuan Survei Pushidrosal pada bulan November 2020 berupa raw data batimetri, data pasang surut dan data SVP. Data tersebut diperoleh melalui pengajuan data ke Dinas Hidrografi Pushidrosal. Data hasil penelitian sebelumnya juga digunakan untuk referensi dalam penelitian ini. Objek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah Perairan Teluk Jakarta pada area Latsurta Pushidrosal TA. 2020 yang tercantum pada Peta Laut Indonesia Nomor 86. Batas – batas area penelitian sebagai berikut ini. A. 106˚ 48’ BT - 5˚ 55’ LS B. 106˚ 51’ BT - 5˚ 55’ LS C. 106˚ 51’ BT - 5˚ 57’ LS D. 106˚ 48’ BT - 5˚ 57’ LS p-ISSN 2460 – 4623 e-ISSN 2716 – 4632 49 Gambar 8. Peta Area Penelitian. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini menggunakan teknik kajian literatur literature research dan penggunaan data sekunder secondary data collection. Dukungan teoritis konseptual berasal dari sumber-sumber yang dapat dipercaya secara ilmiah, sedangkan dukungan empiris berasal dari lapangan. Kajian literatur berasal dari laporan hasil penelitian, jurnal ilmiah, karya ilmiah, dokumen tertulis atau karya-karya lain yang relevan Indramawan et al., 2017. Dukungan empiris didapatkan dari data lapangan hasil survei batimetri menggunakan peralatan MBES oleh personel KRI Rigel-933 di Perairan Teluk Jakarta pada bulan November tahun 2020. Penggambaran lokasi penelitian Peta Laut Indonesia cetakan tahun 2019 yang diterbitkan oleh Pushidrosal. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian ini dilaksanakan menggunakan beberapa peralatan untuk pengumpulan dan pengolahan data penelitian yaitu a. Multibeam Echosounder Kongsberg EM302 yang terpasang di KRI Rigel-933, digunakan sebagai peralatan pengumpulan data batimetri. b. Perangkat lunak SIS Seafloor Information System yang digunakan pada saat bernavigasi dan pengumpulan data batimetri. c. Perangkat lunak Caris Hips and Sips digunakan untuk pengolahan data batimetri dan pengolahan data hambur balik backscatter akustik. d. Sistem penentuan posisi pemeruman dan pengukuran titik kontrol pemetaan menggunakan Wide-Area Differential Global Positioning System WADGPS Fugro SeaSTAR. e. Perangkat lunak Global Mapper dan ArcGIS. Digunakan untuk menyajikan dan plotting hasil pengolahan data dalam bentuk raster. Diagram Alir Penelitian Gambar 9 adalah diagram alir yang digunakan dalam penelitian sebagai pedoman alur pikir pelaksanaan dari tahap pengumpulan data awal sampai dengan interpretasi hasil penelitian. p-ISSN 2460 – 4623 e-ISSN 2716 – 4632 50 Gambar 9. Diagram Alir Penelitian. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Koreksi Pasang Surut Pengamatan pasang surut dilaksanakan di Dermaga Pulau Damar Besar dengan koordinat 05°57’ LS - 106°50’ BT selama tiga piantan sehingga didapatkan duduk tengah sementara DTS harian dan DTS rata-rata. Dari hasil pengamatan tersebut didapatkan DTS I sebesar cm, DTS II sebesar cm dan DTS III sebesar cm. DTS rata-rata dari tiga piantan tersebut sebesar cm diatas nol palem. Pola pasut Pulau Damar Besar ditunjukkan pada Gambar 10. Gambar 10. Pola Pasut Pulau Damar Besar. Pasut yang didapatkan dari hasil pengamatan selanjutnya dibandingkan dengan prediksi, sehingga didapatkan hasil yang ditunjukkan pada Gambar 11. Gambar 11. Pola Pasut Pulau Damar Besar Dan Prediksi. Data pasut hasil pengamatan digunakan sebagai input data pada tools Tide Editor dalam pengolahan batimetri menggunakan perangkat lunak Caris Hips and Sips sehingga nilai yang ditunjukkan merupakan hasil dari nilai time series kedalaman sebenarnya. Tampilan Tide Editor perangkat lunak Caris Hips and Sips sebagai koreksi pasang surut dalam pengolahan data batimetri ditunjukkan pada Gambar 12. p-ISSN 2460 – 4623 e-ISSN 2716 – 4632 51 Gambar 12. Koreksi Pasut Menggunakan Tide Editor. Pengambilan data kecepatan suara di lokasi penelitian menggunakan peralatan SVP AML Minos X pada posisi 106°51’ BT / 05°57’ LS. Pengambilan data dilaksanakan pada 14 November 2020 dan dilaksanakan pengukuran sampai pada kedalaman meter. Data sound velocity hasil pengambilan data menggunakan menggunakan SVP selanjutnya digunakan untuk koreksi pengolahan data batimetri menggunakan perangkat lunak Caris Hips and Sips Data sound velocity tersebut dimasukkan ke dalam tools SVP Editor. Tampilan SVP Editor dapat ditunjukkan pada Gambar 13. Gambar 13. Tampilan Caris Hips SVP Editor. Dari Gambar diatas data SVP hasil pengolahan pada Caris Hips SVP Editor dapat dilihat bahwa sound velocity terendah berada di permukaan perairan di area penelitian. Pengukuran sound velocity di area penelitian dimulai pada kedalaman meter dengan nilai sound velocity m/s. Nilai sound velocity mengalami perubahan yang tidak konstan pada kedalaman kurang dari 6 meter. Pada kedalaman lebih dari 6 meter, nilai sound velocity mengalami perubahan secara konstan dengan nilai semakin besar dengan bertambahnya kedalaman perairan. Konfigurasi Peralatan Pemeruman Salah satu tahapan penting yang harus dilaksanakan sebelum melaksanakan akuisisi data batimetri adalah melaksanakan instalasi peralatan untuk menghitung nilai offset peralatan survei terhadap kapal survei. Pada penelitian ini, tranduser dijadikan sebagai titik acuan atau Center of Gravity COG. Peralatan survei yang berupa echosounder, motion sensor dan GPS dilaksanakan setting offset terhadap kedudukan reference point. KRI Rigel-933 memiliki dimensi Panjang kapal meter, lebar kapal 11,1 meter dan draught kapal 3,5 meter. Gambar 14 menunjukkan offset Multibeam Echosounder EM302 dengan kapal survei. Posisi transduser berada di depan reference point, sedangkan posisi motion sensor berada di belakang reference point. Perhitungan offset peralatan pemeruman bernilai positif apabila posisinya berada di depan reference point dan bernilai negatf apabila berada di belakang reference point. Adapun data p-ISSN 2460 – 4623 e-ISSN 2716 – 4632 52 konfigurasi kapal survei dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 14. Offset Kapal dengan MBES Kongsberg EM302 Keterangan 1 Transduser 2 Motion sensor 3 GPS antenna 4 Draught 5 Water line R Reference point Gambar 15. Data Vessel KRI Rigel-933 Perhitungan offset dari tiap peralatan pemeruman dan positioning di kapal survei dilaksanakan saat pembuatan kapal dengan mengacu pada COG Center of Gravity dari kapal yang berada pada 25,6 meter dari buritan pada centerline dan 4 meter dari lunas kapal. Reference frame terdapat di ruang gyro KRI dengan koordinat x,y,z terhadap COG dalam meter adalah Offset peralatan pemeruman KRI Rigel-933 ditunjukkan pada Tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1. Offset Peralatan Pemeruman KRI Rigel-933 Kalibrasi Patch Test Kalibrasi Multibeam Echosounder yang terpasang di kapal survei dilaksanakan untuk mendapatkan nilai error akibat oleng roll, angguk pitch, halu yaw dan keterlambatan waktu penerimaan sinyal latency time delay pada saat pelaksanaan akuisisi data. Kalibrasi patch test dilaksanakan sebelum pelaksanaan akuisisi data. Tranducer KRI Rigel-933 merupakan tranducer permanen hull mounted yang sudah terpasang pada lunas gondola KRI Rigel-933 maka pelaksanaan patch test dilaksanakan hanya satu kali di awal pelaksanaan survei. Area pelaksanaan patch test dilaksanakan pada posisi 5°57’30” LS - 106°52’00” BT. Hasil surface patch test yang telah dilaksanakan pada saat penelitian ditunjukkan pada Gambar 16. p-ISSN 2460 – 4623 e-ISSN 2716 – 4632 53 Gambar 16. Hasil Kalibrasi Patch Test. Nilai koreksi patch test yang dihasilkan dari kalibrasi patch test selanjutnya dijadikan input ke dalam konfigurasi kapal vessel config yang ada pada perangkat lunak Caris Hips and Sips Hasil nilai koreksi patch test ditampilkan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Nilai Koreksi Patch Test Koreksi patch test baik berupa koreksi pitch, roll maupun yaw pada Multibeam Echosounder Kongsberg EM305 seluruhnya bernilai 0 nol. Hal ini disebabkan posisi transduser yang terpasang secara permanen pada lunas KRI Rigel-933. Performance Test Untuk mengetahui nilai performa dari resolusi sudut dan jarak pancaran akustik multibeam echosounder perlu dilakukan validasi dengan menggunakan metode performance test. Check line menggunakan sapuan dengan sudut bukaan maksimal dibandingan dengan reference surface dengan menggunakan sudut bukaan optimum. Performance test pada penelitian ini dilaksanakan pada posisi 5°55’40” LS - 106°47’40” BT. Akuisisi data sebanyak 8 delapan lajur menggunakan sudut bukaan maksimum dengan beamwidth 75º overlapping 100% dan dilanjutkan akuisisi data pada lajur tegak lurus dengan beamwidth maksimum 70º. Area performance test memiliki kedalaman relatif seragam antara 27 meter s/d 28 meter. Pengolahan data performance test menggunakan perangkat lunak Caris Hips and Sips dengan dikoreksi pasut dan sound velocity menghasilkan base surface seperti ditampilkan pada Gambar 17. Gambar 17. Hasil Base Surface Performance Test. Kualitas data seluruh perbedaan hasil ukur kedalaman antara lajur silang dan lajur utama pada area penelitian tersebut masih memenuhi batas ketelitian Penggunaan peralatan Multibeam Echosounder MBES untuk mendeteksi dasar perairan sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, yang menghasilkan nilai intensitas dari objek penelitian. Objek yang berupa kapal karam merupakan benda yang berbahaya bagi pelayaran maka akan sangat penting untuk mengkuantifikasinya. Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Selat Sunda dengan target kapal karam bermaterial logam. MBES Kongsberg EM 2040 digunakan bersama peralatan pendukungnya dan digunakan software SIS sebagai perekam data. Hasil akuisisi MBES kemudian diolah dengan menggunakan software CARIS. Tampilan dari hasil penelitian ini menggunakan software CARIS dan Surfer. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa pendeteksian kapal karam dengan MBES Kongsberg EM 2040 hasilnya sangat baik serta menghasilkan bentuk objek 3 dimensi dari kapal karam. Hasil backscattering dari kapal karam diperoleh rentang nilai intensitas antara -3 sampai + dB. Kata kunci backscatter, kapal karam, multibeam echosounder, nilai intensitas Echosounderadalah alat navigasi elektronik yang berfungsi untuk mengukur kedalaman air laut. Sesuai dengan Reg.V?19?2.3.1 SOLAS 1974 yang telah di amandemen, semua kapal dengan bobot kotor 300 GT atau lebih dan semua kapal penumpang harus dilengkapi dengan alat pengukur kedalaman laut yang berbasis elektronika. Sedimen yang dibawa oleh sungai-sungai yang mengalir ke sebuah bendungan/waduk semakin lama akan membuat pengendapan dan mendangkalkan bendungan/waduk tersebut. Monitoring terhadap hal ini bisa dilakukan dengan berkala. Dangkalnya suatu bendungan/waduk tentu saja berpengaruh terhadap kapasitas/daya tampung air yang berkala bisa dilakukan dengan memanfaatkan peralatan survey hidrografi. Pengukuran kedalaman dengan Single Beam Echosounder SBES sudah mencukupi untuk keperluan yang dibutuhkan untuk mengukur dasar waduk antara lain Autonomous Survey Vessel ASV atau kapal tanpa awak/nirawak untuk wahana alat survey Global Positioning System GPS/GNSS, untuk melakukan pengukuran posisi kapal dan alat survey kedalaman Single Beam Echosounder SBES, alat yang memancarkan sonar suara yang digunakan untuk mengukur kedalaman Autopilot, digunakan sebagai pemandu ASV dalam melakukan surveyHasil akhir yang didapatkan adalah posisi horizontal X dan Y serta posisi kedalaman Z. Berdasarkan hasil tersebut dapat digambarkan kontur kedalaman dasar waduk/bendungan.
Jenisjenis peralatan yang biasa dipergunakan untuk mengukur faktor-faktor lingkungan adalah sebagai berikut : Minimum-maximum thermometer: Digunakan untuk pengukuran suhu udara minimum dan maximum pada waktu dilakukan penangkapan nyamuk dan pengujian serta 24 jam pengamatan setelah nyamuk dikontak dengan racun serangga.Pembacaan dilakukan dengan cara melihat skala yang tertera pada bagian
0% found this document useful 0 votes238 views2 pagesDescriptionalat ukur kedalaman lautOriginal TitleechosounderCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes238 views2 pagesEchosounderOriginal TitleechosounderJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Kalenganudara adalah satu dari peralatan yang paling berguna untuk membersihkan komponen komputer. Sebuah kaleng udara akan menyingkirkan debu dari dalam sebuah komputer tanpa menciptakan statis. Kain bebas bulu dapat juga digunakan dengan sedikit air dan sabun cair untuk membersihkan bagian luar komputer atau komponen.
Echo Sounder AdalahEcho Sounder merupakan peralatan yang dipakai untuk mengetahui kedalaman laut antara lunas kapal Bagian terbawa dari kapal dengan dasar laut. Peralatan ini dipakai pada saat kapal berlayar diperairan dangkal atau perairan yang memiliki pasang surut tinggi. Echosounder menghitung kedalaman air laut dengan memancarkan getaran akustik melalui transducer dan memantulkan gema. Kedalaman air dihitung pada waktu tempuh dua arah dari kecepatan suara dalam air. Pada saat kapal bergerak, sebuah SBES Single Beam Echo Sounder terus mendeting pada permukaan laut dengan suara yang bergetar dan menghasilkan cetakan dari kedalaman bawah menggunakan pengukuran Bathymetri bisa dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah menggunakan Theodolit, Electronic Data Measurement EDM atau yang lebih teliti menggunakan Geographic Positioning System GPS sebagai alat ukut jarak jauh. Sedangkan untuk mengukur kedalaman air menggunakan Echosounder beserta alat bantu dari Alat EchosounderDibawah ini akan kami uraikan fungsi echosounder di kapal atau Apakah fungsi dari echosounder di kapalUntuk mengidentifikasi jenis komponen yang ada di bawah laut Sub bottom Profilers. Mengukur kedalaman air laut. Seabed Mapping Pemetaan Dasar Laut. Penentuan kabel dan jalur pipa untuk di bawah laut. Pencarian kapal karam yang terbengkalai di dasar lautan. Analisis Dampak Lingkungan AMDAL di dalam Echosounder1. Single BeamSingle beam echo sounder ialah peralatan untuk mengukur kedalaman air laut yang memakai pancaran tunggal sebagai penerima dan pengirim sinyal gelombang suara. Survei hidrografi memakai metode single beam untuk tujuan pemetaan dasar, supaya didapatkan data yang terjamin akan kualitasnya. Penggunaan metode single beam pada echosounder disebabkan karna cara ini yang paling sering dipakai di Indonesia pada saat ini. 2. Split BeamSplit beam merupakan Metode yang dikembangan dari metode dual beam yang memiliki banyak kelemahan terhadap noise. Metode Split beam menggunakan “receiving transducer” yang displit menjadi 4 empat kuadran. Gabungan dari 4 empat kuadran ini alam pemancaran secara simultan disebut “fullbeam” yang mengirim atau memancarkan gelombang suara. Masing-masing kuadran akan mendapat pantulan sinyal dari target. Selanjutnya, output digabung sehingga membentuk suatu “fullbeam” atau dua set split beam. Target tunggal diisolasi dengan keluaran dari fullbeam, posisi sudut dihitung dari kedua set split beam. Cara kerja dari split beam ialah mencari beda fase dari echo signal yang diterima oleh dua belahan transducer. Split beam bisa mengukur masukan situ target strenght dengan akurat dan bisa mengukur posisi sudut dari setiap target yang terdapat didalam Dual BeamDual-beam adalah Metode yang menggunakan koaksial balok yang lebar dan yang sempit, pulsa ditransmisikan pada balok sempit dan gema diterima oleh kedua balok lebar dan sempit. Metode ini dapat mengoreksi pola direktivitas dengan memakai kedua gema sinar dari ikan yang sama, sehingga diperoleh nilai target strenghth yang akurat. Dalam system dual beam biasa, integrasi gema dibuat hanya untuk balok yang sempit tidak untuk balok yang lebar.4. Kuasi Ideal BeamMetode Quasi ideal beam mempunyai sensitivitas yang relative seragam dilobus utama pada balok dan sisi yang sangat rendah dilobus pada balok. Salah satu aspek yang menarik dari metode ini ialah bahwa 120 Khz, data didapat dengan quasi ideal, beam transducer dan pelacakan gema yang dipakai untuk isolasi target tunggal Pengoprasian / Cara Kerja EchosounderPrinsip kerja echosounder yaitu pada transmiter terdapat transduser yang berfungsi merubah energi listrik menjadi energi suara. Kemudian suara yang diperoleh dikirim atau dipancarkan dengan frekuensi tertentu. Suara ini dikirim melalui medium air yang memiliki kecepatan rambat sebesar v=1500 m/s. Ketika suara yang dipancarkan mengenai objek, misalnya ikan dll. maka suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan sifat gelombang yaitu ketika gelombang mengenai suatu penghalang dapat diserap, dibiaskan dan dipantulkan, maka hal yang sama pun terjadi pada gelombang dipakai untuk mencari posisi ikan, peralatan ini juga dipakai untuk mengetahui kedalaman air laut dan bisa juga dipakai untuk studi perikanan, yaitu untuk mengetahui keberadaan atau distribusi, ukuran, tingkah laku dari hewan dan Pemakaian Pasang alat kemudian cek keadaan alat tersebut sebelum melakukan pengambilan data. Pastikan display dan kabel single beam sudah terpasang. Pasang antena, jika dibutuhkan input satelit GPS. Masukkan single beam kedalam air. Set Skala kedalaman yang ditampilkan display. Frekuensi yang akan digunakan adalah 50 Hz untuk laut dalam dan 200 Hz untuk laut dangkal atau dual untuk menggunakan keduanya. Set input data air yaitu temperatur, tekanan air dan salinitas. Pengambilan data. Pemrosesan lupa kami ucapkan selamat hari pendidikan Nasional, berhubung artikel ini dibuat bertepatan dengan hari pendidikan nasional. Semoga pendidikan semakin maju dan berkembang. Sekian artikel tentang echosounder adalah, echo sounder adalah alat untuk mengukur, fungsi echosounder di kapal, Apakah fungsi dari echosounder di kapal?, jenis-jenis echosounder, Getaran jenis apa yang dipancarkan oleh transducer perum gema? dan Bagaimana cara kerja echosounder?. pada artikel echosounder part 2 akan kami bahas echosounder kapal, fungsi transducer pada echo sounder, cara kerja echosounder, echosounder digunakan untuk, Apa kegunaan dari echosounder?, Apa yg dimaksud dengan echosounder?, bagian bagian echosounder, Jelaskan secara rinci apa itu Echo Sounder dan fungsinya?. semoga artikel ini bermanfaat. Stay terus di web kami Terima kasih.

Sepertiyang dibahas sebelumnya, semiconductor piezometer dapat juga digunakan untuk gerakan tekanan yang berubah cepat. 3400 Series ini dikemas dengan tabung baja tahan karat berdiameter 1,25″ (32 mm) (standar 304 SS atau opsional 316 SS untuk lingkungan pengaplikasian yang agresif). Perakitan piezometer ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

– Tahukah kamu alat pendeteksi ikan dan kedalaman laut? Alat tersebut bernama Echosounder yang memiliki beberapa manfaat yang dapat digunakan bagi para penangkap ikan. Alat navigasi elektronik ini menggunakan sistem gema yang biasanya dipasang di dasar kapal. Penasaran informasi lengkapnya seperti apa? Pada artikel berikut ini kita akan mengenal echosounder alat pendeteksi ikan dan kedalaman laut. Pada awalnya, echosounder lebih banyak digunakan untuk mengetahui kedalaman perairan. Namun karena karakteristik dan prinsip dasarnya yang mampu menentukan letak suatu benda di bawah air, maka alat ini juga digunakan di bidang perikanan untuk menentukan lokasi ikan. Baca juga Mengenal Robot Bawah Air Wikraluga Pendeteksi Ranjau Laut Echosounder atau fish finder sebagai alat bantu dalam operasi penangkapan ikan merupakan alat pengindraan jarak jauh dengan prinsip kerja menggunakan metode akustik yaitu sistem sinyal yang berupa gelombang suara. Sinyal yang dipancarkan kedalam laut secara vertikal setelah mengenai obyek, pantulan sinyal diterima kembali kemudian diolah sehingga menghasilkan keterangan tentang kedalaman laut, kontur dan tekstur dasar laut dan posisi dari gerombolan ikan secara vertikal. Echosounder bekerja berdasarkan prinsip perambatan dan pemantulan bunyi dalam medium air. Echosounder dilengkapi dengan proyektor untuk menghasilkan gelombang akustik yang akan di masukan ke dalam air laut. Adapun macam-macam dari Echosounder diantaranya ialah Single Beam Split Beam Dual Beam Kuasi Ideal Beam Sedangkan, komponen-kompenen yang terdapat pada echosounder ialah Transmitter Menghasilkan listrik dengan frekuensi tertentu yang kemudian dapat disalurkan ke trandsuder. Transducer Merupakan bagian dari alat gema yang mengubah energi listrik menjadi mekanik dan sebaliknya. Receiver Menguatkan sunyal listrik yang lemah dari transducer saat gema ech0 terjadi sebelum dialirkan ke recorder. Recorder/ Display unit Alat pencatat yang ditulis ke dalam kertas serta menampilkan pada layer display CRT Cathoda Ray Tube berupa sinar lampu neon Menggunakan alat pendeteksi ikan dan kedalaman laut ini tentunya memiliki kelebihan lain. Diantaranya yaitu membaut kegiatan penangkapan ikan menjadi lebih efektif. Selain juga untuk menunjukkan kedalaman air, Echosounder ini dapat melihat batu, bangkai kapal., bahkan sampah-sampah yang ada di bawah air laut. Demikianlah informasi mengenai alat pendeteksi ikan dan kedalaman laut. Untuk kepentingan perikanan, penggunaan echosounder sangat efisien. Hal ini karena instrumen ini mampu mendeteksi ikan dan dasar laut secara bersamaan. Semoga setelah mengenal echosounder pada artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat ya. ran Tonton video menarik ini Keberadaanmulti kampus di Cirebon dan juga fasilitas peralatan serta kapal riset bersama Korea -Indonesia MTCRC CTD adalah sensor yang mengukur salinitas (dikonversi dari konduktivitas), suhu dan kedalaman laut (dikonversi dari tekanan). Echosounder digunakan untuk memerum badan air/dasar laut dengan menggunakan gelombang suara. Dengan
Echosounder bathy 500 HD Pengertian Echosounder merupakan salah satu alat yang penting untuk mengetahui kedalaman air sungai, laut, danau dan sebagainya. Kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan pusat suara. Dengan pertimbangan sistim Side Scan Sonar pada saat ini, pengukuran kedalaman dasar air Bathymetry dapat dilaksanakan bersama-sama dengan pemetaan dasar air Sea Bed Mapping dan pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dibawah dasar air Subbottom Profilers. Prinsip kerja Prinsip kerja nya yaitu pada transmiter terdapat tranduser yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi suara. Kemudian suara yang dihasilkan dipancarkan dengan frekuensi tertentu. Suara ini dipancarkan melalui medium air yang mempunyai kecepatan rambat sebesar, v = 1500 m/s. Ketika suara ini tersentuh objek, misalnya ikan maka suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan sifat gelombang yaitu gelombang ketika mengenai suatu penghalang dapat dipantulkan, diserap & dibiaskan, maka hal yang sama pun terjadi pada gelombang ini. Ketika gelombang mengenai objek maka sebagian enarginya ada yg dipantulkan, dibiaskan / diserap. Untuk gelombang yang dipantulkan energinya akan diterima oleh receiver. Besarnya energi yg didapat akan diolah dangan suatu program, kemudian akan didapat keluaran output dari program tersebut. Hasil yg diterima berasal dari pengolahan data yang diperoleh dari penentuan selang waktu antara pulsa yang dipancarkan dan pulsa yang diterima. Dari hasil ini dapat diketahui jarak dari suatu objek yang deteksi. Perhitungan kedalaman diperoleh dari setengah waktu pemantulan signal dari echosounder memantul ke dasar laut kemudian kembali ke echosounder. Nilai waktu yg didapat di konversikan dengan kecepatan gelombang suara di dlm air. Untuk data kedalaman yg lebih tepat, dimasukkan pula data-data temperatur air, salinitas air & tekanan air. Hal ini diperlukan utk memperoleh konversi yang tepat pada cepat rambat suara di dalam air. Kegunaan Adapun kegunaan dasar dari echosounder yaitu menentukan kedalaman suatu perairan dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echosounder kembali dari dasar air. Data tampilan juga dpt dikombinasikan dengan koordinat global berdasarkan sinyal dari satelit GPS yang ada dengan memasang antena GPS jika fitur GPS pada echosounder ada. Untuk echosounder produksi SyQwest ini memiliki spesifikasi yakni SPECIFICATIONS • CW & FM Chip • Realtime HD Data Storage • Internal Removable HD Memory Storage 32Gb SD Flash Card • Single Channel Option 33kHz, 50kHz, or 210kHz • Simultaneous Dual Channel Option 33/210 kHz or 50/210 kHz • TVG and DC gain Steps 1dB • Windows PC Playback Application • Wthernet Link to PC Application RJ-45 Untuk lebih detail atau pemesanan bisa klik icon balon kata pojok kanan bawah Anda atau klik disini ini
Kegunaandasar Echosounder adalah untuk mengukur kedalaman suatu perairan dengan mengirimkan gelombang dari permukaan ke dasar dan dicatat waktunya hingga Echo kembali dari dasar (William, 1991). Sound Level Meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar suara bising mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Alat
0% found this document useful 0 votes53 views7 pagesOriginal TitlePANDUAN ALAT ECHOSOUNDERCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes53 views7 pagesPanduan Alat EchosounderOriginal TitlePANDUAN ALAT ECHOSOUNDERJump to Page You are on page 1of 7 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 6 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
JenisJenis Echosounder. 1. Single Beam. Single beam echo sounder ialah peralatan untuk mengukur kedalaman air laut yang memakai pancaran tunggal sebagai penerima dan pengirim sinyal gelombang suara. Survei hidrografi memakai metode single beam untuk tujuan pemetaan dasar, supaya didapatkan data yang terjamin akan kualitasnya.
ALATUJIGEOTEKNIK — Keperluan untuk eksplorasi laut semakin tinggi begitu juga dengan kebutuhan survei batimetri yang mengharuskan kita menggunakan instrumen terkini dan andal untuk melakukan eksplorasi laut. Jawabannya adalah dengan instrumen Echosounder Kapal. Echosounder Kapal tidak hanya dapat untuk survei batimetri, kita juga bisa melakukan kegiatan eksplorasi untuk lautan maupun perairan lain seperti analisis dampak lingkungan di dalam laut atau pencarian benda-benda yang sudah terbengkalai di bawah lautan. Ada banyak jenis echosounder yang ada saat ini. Jadi simak sampai akhir untuk mengetahui apa saja jenis-jenis echosounder yang ada saat ini. Echosounder Kapal D390 ini semakin mudah dalam pengoperasiannya karena sudah bisa dijalankan secara portable dan tidak hanya untuk kebutuhan lautan. Namun, jika untuk mengukur kedalaman lautan atau survey hidrografi lainnya. Echosounder D390 sangat direkomendasikan karena memakai salah satu jenis sistem Echosounder yang sering digunakan yaitu Single Beam. Jenis – jenis Echosounder Yang Sering Digunakan Single Beam Echosounder Echosounder D390 Echosounder D390 Single Beam Echosounder Echosounder jenis pertama yaitu Single Beam Echosounder yang biasa digunakan pada survei hidrografi untuk melakukan pemetaan dasar laut Seabed Mapping atau mengukur kedalaman air agar terjamin kualitas data yang kita dapat. Metode single beam echosounder ini juga termasuk metode yang banyak digunakan di Indonesia saat ini. Pengertian dari single beam echosounder sendiri adalah pancaran tunggal dari echosounder yang digunakan sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang akustik suara. Multi Beam Echosounder Multibeam Echosounder Multibeam Echosounder adalah jenis echosounder yang biasa digunakan untuk pemetaan dasar laut juga, seperti echosounder lainnya yang juga memancarkan gelombang akustik namun dalam bentuk kipas melebar ke bawah. Lamanya waktu yang diperlukan gelombang tersebut untuk memantul dari dasar laut dan kembali ke receiver dapat digunakan untuk menghitung kedalaman air. Tetapi tidak seperti echosounder lain, karena Multibeam ini menggunakan beamforming untuk mengekstrak informasi arah dari gelombang yang kembali, lalu menghasilkan petak pembacaan kedalaman dari satu ping. Metode ini juga dapat memancarkan hingga 256 beam pada setiap pancarannya, hal tersebut yang membuat multibeam echosounder lebih efektif digunakan di area survei yang cukup luas. Penggunaan multibeam echosounder ini akan sangat membantu survei hidrografi karena menghasilkan data yang akurat dan hasil survei permukaan laut yang sebenarnya. Dengan kerapatan beam tersebut sehingga tidak ada yang terlewat dari sapuan beam. Dual Beam Echosounder Metode ini bisa menggunakan koaksial balok yang sempit dan lebar, gelombang ditransmisikan pada balok sempit dan gema akan diterima pada kedua balok sempit dan lebar. Metode dual beam mengoreksi pola langsung dengan menggunakan gema sinar dari masing-masing ikan, yang kemudian bisa mencapai nilai target strength yang akurat. Dalam sistem dual beam pada umumnya, integrasi gema yang dilakukan hanya pada balok yang sempit saja dan tidak pada balok yang lebar. Split Beam Echosounder Split Beam Echosounder Terakhir ada metode split beam yang merupakan pengembangan dari metode dual beam tetapi memiliki beberapa kelemahan terhadap noise. Split beam memakai “receiving transducer” yang dibagi menjadi 4 kuadran. Gabungan dari 4 kuadran tersebut disebut dengan “full beam” yang memancarkan gelombang akustik. Setiap kuadran akan menerima pantulan sinyal dari target. Lalu, output akan digabung dan membentuk suatu full beam dan dua set split beam lain. Single target diisolasi dengan output dari full beam, dan posisi sudut dihitung dari kedua set split beam tadi. Diatas merupakan jenis – jenis echosounder yang ada saat ini, untuk di Indonesia sendiri echosounder yang sering digunakan adalah Echosounder Single Beam. Instrumen tersebut merupakan salah satu instrumen yang sangat membantu pekerjaan dan eksplorasi di laut. Contoh Echosounder Single Beam Echosounder D390 Echosounder Kapal D390 Echosounder D390 dapat digunakan untuk banyak hal yang dapat membantu eksplorasi dan analisis perairan, seperti Seabed Mapping Pemetaan Dasar Laut Mengukur kedalaman lautan Untuk membantu penentuan jalur pipa dan kabel di dalam laut Dan memiliki fitur unggulan sebagai berikut Sebagai solusi hidrografik yang dapat menghemat biaya mobilisasi hingga 20% Sebagai solusi yang disederhanakan untuk kebutuhan survey Memiliki interface DGNSS dengan sensor yang memiliki standar pada umumnya Pengoperasian yang sangat mudah >>>>>KLIK DISINI UNTUK MELIHAT ECHOSOUNDER D390<<<<< ALATUJIGEOTEKNIK — Echosounder Kapal dapat kalian miliki dengan harga terjangkau yang bisa kalian dapatkan di perusahaan kami, kalian sudah mendapatkan Echosounder D390 terbaik dan berkualitas. Jika berminat, bisa menghubungi nomor ini +62813-9929-1909 Fikri, +62822-5870-6420 Anto dan Email atau dapat menghubungi kami dengan chat di pojok kanan bawah halaman ini. sumber
LpFKE.
  • nuoajv16vw.pages.dev/524
  • nuoajv16vw.pages.dev/166
  • nuoajv16vw.pages.dev/719
  • nuoajv16vw.pages.dev/741
  • nuoajv16vw.pages.dev/713
  • nuoajv16vw.pages.dev/395
  • nuoajv16vw.pages.dev/667
  • nuoajv16vw.pages.dev/217
  • echosounder adalah peralatan yang digunakan untuk mengukur